Sebuah Kisah Manis Tentang Haji, Catatan Nurhablisyah, Msi September 2009
![]() |
Picture : jihandavincka.com |
Kemarin, Sabtu, 5 September 2009, Saya hadir dalam Acara Buka Bersama di Kampus Unindra (Universitas Indraprsata PGRI). Saat itu, menjelang buka puasa, diisi oleh tausiah yang diberikan oleh seorang ustad (Maaf tad, ane lupa nama Ustad).
Salah satu kisah yang diceritakan oleh Sang Ustad adalah tentang berhaji.
(Mohon maaf atas kesalahan penulisan nama tokoh, karena menulisnya setelah mendengarkan ceramah..:P)
Alkisah hiduplah seorang pemimpin di negeri Timur Tengah. Sang raja bernama Abdullah Mubarak. Suatu malam sang raja bermimpi. Di dalam mimpinya Abdullah mendengar percakan 2 malaikat sebagai berikut:
Malaikat 1: Apakah kau tahu jumlah jamaah haji saat ini?
Malaikat 2: Ya, jumlah jamaah haji tahun ini ada 600.000 orang
Malaikat 1: Apakah kamu tahu bahwa diantara 600.000 jamaah itu tidak ada satupun yang mendapatkan haji mabrur dari Allah Subhanahuwata’ala?
Malaikat 2: Ya, aku tahu.
Malaikat 1: Apakah kamu tahun, bahwa Allah justru memberikan pahala mabrur kepada orang yang tidak pergi haji?
Malaikat 2: Ya, aku tahu. Dan karena satu orang itulah, dank arena belas kasih Allah yang besar, ke-600.000 jamaah itu akhirnya mendapatkan haji mabrur.
Malaikat 1: Tahukan kamu siapa orang itu?
Malaikat 2: Ya, dia adalah Ali Waqaf dari Damsyik, seorang tukang sol sepatu.
Sampai pada kalimat terakhir, Abdullah Muabarak sang raja, langsung terbangun dari tidurnya. Ia terkejut dan langsung berniat mencari sang tukang sol sepatu dari Damsyik bernama Ali Waqaf.
Pergilah Abdullah Muabarak ke Damsyik. Ia bertanya kesana kemari tentang keberadaan Ali Waqaf. Akhirnya di sebuah pasar, ia menemukan seorang tukang sol sepatu yang sangat sederhana.
Abdullah Mubarak: Assalamu’alaikum, apakah anda yang bernama Ali Waqaf?
Ali Waqaf : Benar tuan.
Abdullah Mubarak terenyum pada Ali, lalu dengan kelembutan ia menceritakan tentang mimpinya pasa Ali Waqaf. Dan Ali Waqafpun bercerita tentang kisah hidupnya.
“Wahai pemimpin, saya adalah seorang sederhana yang sangat merindukan untuk pergi ke tanah suci. Saya telah menabung untuk hal itu selama 30 tahun. Setelah tabungan cukup dan saya bersiap untuk haji. Istri saya yang sedang hamil besar megeluh pada saya ketika saya pulang bekerja dari pasar. Isteri saya mengatakan bahwa ia mencium bau masakan dari rumah tetangga di sebelah kami. Isteri saya yang tercinta meminta saya untuk mengetuk pintu tetangga kami, dan meminta sedikit makanannya. Saya sangat mencintai isteri saya, wahai Raja. Lalu, sayapun menurutinya.
Saya mengetuk pintu tetangga kami yang juga sederhana. Lalu pintu itu dibuka oleh seorang wanita janda, tua, yang tinggal sendirian selama bertahun-tahun. Saya katakana pada nenek itu, bahwa isteri saya yang hamil besar, ingin mencicipi masakan nenek yang baunya menggoda itu. Sang nenek terkejut mendengar ucapan Ali, lalu menangis.
Nenek itu berkata, “Wahai Ali, aku hanya seorang nenek tua yang miskin. Makanan itu halal bagiku, tapi haram untuk istrimu.” Aku terkejut, kenapa bisa begitu. Sang nenek melanjutkan kalimatnya. “Ali, aku adalah nenek yang tidak berdaya, darimanakah aku bisa mendapatkan makanan yang enak untuk perutku. Saat sedang berjalan di jalan. Aku menemukan bangkai Keledai. Aku ambil sedikit kakinya untuk kumasak. Dan itulah masakan yang cium oleh isterimu.”
Mendengar ucapan sanga nenek, hati Ali bergetar, matanya berkaca-kaca. Ia mengatakan kepada sang nenek untuk tidak menutup pintunya, karena ia akan kembali lagi. Dan benar dalam waktu beberapa menit Ali sudah kembali berada di depan pintu rumah sang nenek dengan sekantung uang tabungannya selama 30 tahun.
“Ini ambilah. Uang ini adalah tabungan hajiku selama 30 tahun. Dan sekarang menjadi milik nenek. Belilah makanan yang halal.”
Setelah memberikan uang itu, Ali berlalu pulang.
Mendengar cerita dari Ali, Sang pemimpin Abdullah Mubarak mengerti mengapa pahala haji mabrur Allah berikan kepada Ali.
Allah Maha Mengetahui, peristiwa yang lalu, sekarang dan masa depan. Bahkan denyut jantung mahluk bersel satu yang tak kasat mata. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kita untuk berhaji. Amin.
0 Response to "Sebuah Kisah Manis Tentang Haji"
Post a Comment