Review Film - A Journey To The Centre Of The Earth

A Journey To The Centre Of The Earth
Liburan Paling Ekstrem!


Kata apa pertama kali yang akan mucul jika seseorang mengajak anda liburan, bukan ke Eropa, bukan ke Cina, bukan ke daratan, namun ke tengah-tengah Bumi. Pasti di dalam tubuh anda darah mengalir deras, perasaan berkecamuk antara senang juga cemas. Sayangnya keadaan yang belum pernah dibayangkan itu juga ada di dalam benak Sean Anderson (Josh Hutcherson). Seorang anak berusia 13 tahun yang harus tinggal bersama pamannya,  Prof. Trevor Anderson (Brendan Fraser), seorang professor Geologi yang sudah lama meneliti berbagai hal tentang terbentyuknya bumi dan strukturnya bersama kakaknya yang telah hilang dalam penelitian. 

Trevor sangat percaya kakaknya yang merupakan ayah dari Sean belum meninggal. Kakaknya yang juga seorang professor di Universitas tempat Trevor bekerja harus menghadapi kenyataan Laboraturiumnya harus ditutup karena penelitiannya tentang “Terowongan di Dalam Bumi” yang akan menghubungkan antara daratan dan inti bumi sebetulnya memang ada. Untuk menyelamatkan penelitian kakaknya dan juga melanjutkan hasil kerja keras tersebut, Trevor bersama ponakan yang baru ia temui setelah selama lebih dari 10 tahun tidka pernah bertemu, mereka memulai petualangan super seru. Pergi ke Iceland. Dan bertemu seorang pendaki gunung professional, Hannah Argeirsson (Anita Breim). Hannah adalah putri dari ilmuwan controversial, Sigurbjörn Ásgeirsson. Yang telah mneliti terlebih dahulu kemungkinan manusia untuk menjelajah jauh ke dalam tanah. 

Sebetulnya, Film ini merupakan judul film yang diambil dari Novel dengan judul yang sama yang ditulis oleh Jules Verne, Novelis Perancis yang menulis novelnya dengan Judul Voyage au centre de la Terre di tahun 1864. Novel ini menceritakan bagaimana ada hubungannya antara lubang-lubang dari Gunung berapi yang ada di Islandia (Iceland) yang nantinya menuju pada inti bumi. Verne juga teripirasi oleh ilmuwan bernama Charles Lyell's Geological Evidences of the Antiquity of Man of 1863, yang mengatakan bahwa kehidupan manusia di bumi dimulai ketika berakhirnya Zaman Es. Film ini pertama kali dibuat di Amerika di tahun 1959.

Nah yang bikin seru adalah, film ini betul-betul mengekplorasi daya hayal kita jika betul-betul berada di tengah-tengah bumi. Trevor, Sean, dan Hannah harus menyelami terowongan panjang menuju dalam bumi. Lalu mereka elewati tanah tipis yang rapuh. Dan jika pecah, itu akan meuju terowongan yang lebih dalam. Dikelilingi oleh intan, permata, jamrud, bertemu samudera di dalam perut bumi. Dan melayang-layang pada batu magnet. Ini adalah pemandangan gila yang tidak pernah terbayangkan. Jujur saja ketika menikmati film ini, betul-betul kita disuguhkan oleh plot yang tidak memberikan kesempatan pada penonton untuk berpikir. Kita hanya menonton, memperhatikan, dan menunggu ketegangan berikutnya. Kalo saya pikir, orang yang membuat film ini betul-betul gila!

Entah secara ilmiah perspektif ini betul atau tidak, tapi petualangan Trevor cs, telah membuka mata saya, bahwa bumi dan alam semesta ini begitu sangat misterius. Dan hanya seidkit pengetahuan yang kita miliki.  

Penulis : Nurhablisyah, Msi.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Review Film - A Journey To The Centre Of The Earth"

Post a Comment