Maulid Nabi Muhammad SAW, Penting? Semua Tergantung Niat

Maulid Nabi Muhammad SAW, Penting? Semua Tergantung Niat

Saat kecil, pengajian dekat rumah saya (Kp. Rambutan Jakarta Timur), sering mengadakan Maulid Nabi Muhammad SAW, hampir setiap tahun. Saya sering diajak mama ikut acara ini. Saat itu yang terbayang dalam benak Saya, Maulid adalah dengar ceramah agama dan makan nasi kebuli. Setelah menginjak remaja, Saya tidak pernah lagi ikut ke acara maulid Nabi. Aku tidak punya alasan yang kuat untuk datang ke acara itu, godaan bersama teman-teman lebih menggiurkan. Masuk usia dewasa pemikiran makin berubah, berbagai pengalaman dan pergaulan merubah pola pikir. Saat itu Saya berpikir maulid hanya acara untuk menghamburkan uang untuk makan-makan. Setelah itu, manfaatnya buat umat gak terlalu signifikan.

Tahun 2009, Saya kembali ikut Maulid. Tapi ini karena alasan pekerjaan. Tepatnya, di wilayah Poltangan , bersama keluarga pendiri Yayasan Assadah. Kebetulan, kami dapat undangan resmi dari keluarga Habib, jadinya bisa masuk ring satu, bersama keluarga besarnya. Saat perayaan maulid, kami duduk bersama membaur dengan masyarakat. Tentu saja, kaum laki-laki dan perempuan dipisah. Untuk perayaan Maulid, keluarga Yayasan Assaadah memang menyiapkan lebih dari 1000 nampan nasi kebuli sebagai penutup acara maulid. Pikiranku masih berkata, “duh masih begini aja acaranya”. Namun, saat habib ceramah, beliau bercerita bagaimana perjuangan Rasulullah SAW,  Saya mulai merinding. Habib, bercerita dengan suara yang bergetar, dan diam sesaat. Ia menahan tangisnya. Aku lihat jamaah yang lain juga tertunduk. Kami meneteskan air mata. Habib bercerita bagaimana beratnya perjuangan Rasulullah SAW, dan bagaimana Rasulullah begitu mengkhawatirkan umatnya.

Saya tertunduk malu.  Saya tidak mampu menyembunyikan air mataku. Belum tentu setahun sekali, kita menangis mengenang perjuangan Rasulullah. Atau bahkan kita tidak tahu sosok seperti apa beliau. Seorang manusia yang dipilih Allah SWT sebagai Nabi Rasul penutup akhir zaman. Bagaimana kesehariannya, bagaimana beliau menghadapi sahabat, istri, anak, bagaimana beliau berperilaku sebagai pemimpin namun di lain waktu masih sempat menjahit baju sendiri. Tentu kita bisa membaca biografi di perpustakaan dan toko buku, namun bagaimana dengan saudara-saudara kita yang jarang membaca?

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, pertama kali terdengar pada zaman Shalahuddin al-Ayyubi (w. 1193).  Shalahuddin atau Orang Eropa mengenalnya dengan nama Saladin, mengadakan acara ini untuk membangkitkan semangat jihad kaum Muslimin pada masa itu dalam menghadapi tentara salib (hidayatullah.com). Maulid sendiri diartikan sebagai peringatan Hari kelahiran Nabi Muhammad yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal.  Beberapa catatan sejarah juga memperlihatkan, peringatan Maulid Nabi, diadakan pada Dinasti Fatimiyah ( berdiri pada 909 M, di Tunisia, kemudian pindah ke Mesir). Menurut kitab Subh al-A’sya jilid III (1914: 502-3), perayaan Maulid diawali dengan kegiatan ceramah dan dihadiri oleh pemuka Dinasti Fatimiyah, dai, keluarga kerajaan dan sebagainya, kemudian ditutup dengan menyantap hidangan bersama. Dinasti Fatimiyah lalu jatuh ke tangan Salahudin, namun tradisi Maulid tidak juga menembus Jeddah. Dari beberapa referensi menyebutkan, peringatan Maulid juga ada  di Mekah.

Kembali pada tahun 2009, di acara Maulid Poltongan Jakarta Selatan. Setelah cermaha selesai, ratusan nampan berisi nasi kebuli dihantarkan kepada jamaah. Seluruh jamaah menyambutnya dengan suka cita. Saat ini aku menanggapi biasa saja. Satu nampan ukuran sedang biasanya dinikmati oleh 7-8 jamaah. Kali ini, nampan sudah tersedia di hadapanku, sudah ada 6 orang jamaah lain yang tidak aku kenal dan kita akan menikmatinya bersama. Saat Habib mempersilakan kami menyantapnya, Kami pun segera menikmati nampan tersebut. Awalnya agak canggung, namun akhirnya bersama 6 orang jamaah lain (ada ibu-ibu dan gadis remaja) kami bisa cair juga. Bicara berbagai hal, mulai dari acara Maulid hingga harga kebutuhan pokok, dan tidak terasa nasi kebuli di atas nampan sudah habis. Ah, ternyata, Maulid kali ini sangat berkesan, bukan hanya menambah kecintaan terhadap Baginda Rasulullah, namun juga ukuwah terhadap sesama muslim.

Dari kegiatan Maulid yang aku alami, akhirnya persepsi tentang maulid di kepalaku berubah. Semua tergantung niat. Baik bagi penyelenggara maupun jamaah yang datang. Dengan niat tulus dan karena Allah SWT, mudah-mudahan kita semua bisa mendapat hikmahnya. Bagi Anda yang sudah lama tidak ikut maulid, boleh juga sekali-kali mampir, siapa tahu dapat pengalaman berkesan seperti yang saya alami. Berikut tips bagi kita yang ingin menyelenggarakan maulid atau menjadi peserta dalam acara Maulid

Sebagai Penyelenggara
  1. Niatkan bahwa acara ini semata-mata untuk membangkitkan kembali semangat ummat terhadap kecintaan kepada Rasulullah
  2. Pilihlan ustad/dai yang akan membawakan ceramah dnegan lemah lembut dan penuh kesan, sehingga jamaah bisa hanyut dan memiliki gambaran terhadap Rasulloh sehingga dengan demikian semakin mengenal dan mencintai Rasululloh
  3. Penting mengorganisir kegiatan dengan baik, memilih panitia yang ramah dan lemah lembut tutur katanya
  4. Perlu mengorganisir, tempat parkir, shaff dan sebagainya sehingga tidak mengganggu pengguna jalan lain
Sebagai jamaah
  1. Niatkan bahwa datang ke acara tersebut semata-mata karena Allah SWT dan untuk lebih mengenal Rasululloh
  2. Berpakaian yang sopan dan sesuai syar’i (khusus bagi wanita, gunakan jilbab dan busana yang longgar dan tidak menerawang)
  3.  Saat berlangsungnya acara tidak asik main ponsel atau mengobrol, sehingga dapat mendengarkan ceramah dengan seksama
  4. Saat hidangan datang, tidak perlu rebutan, semua pasti kebagian. Ingat, kembali pada niat, kalau niatnya karena ingin lebih mengenal Rasululloh, maka fokuslah, jangan biarkan  nasi kebuli atau yang lain jadi penghalang
  5. Bagi orang tua, perlu mengingatkan anak-anaknya (terutama remaja) apa makna Maulid
Penulis : Nurhablisyah, Msi



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Maulid Nabi Muhammad SAW, Penting? Semua Tergantung Niat"

Post a Comment