Etika Meminjam Barang

Etika Meminjam Barang

Suatu ketika, di kantor  lama saya, saya bersama seorang teman naik taksi. Padahal saat itu, kantor sudah memberikan uang transport. Kemudian pas sampai di tujuan, teman Saya itu berkata. “Say, pinjam uangnya dong. Tadi uang transport kepake sama aku.” Sebagai teman,  dan daripada diteriaki sopir, saya langsung mengeluarkan uang dan memberikan uang itu pada Pak Sopir. Jarak yang Kami tempuh lumayan, jadi ongkos taksi juga mahal. Selang beberpa hari, kok teman ini gak ada basa-basi untuk membayar hutang. Lalu saya ingatkanlah dia. “Mas, uang transport yang buat bayar taksi tempo hari bisa gimana tuh?” tanya saya dengan nada becanda. Teman itu menjawab. “Uang taksi yang mana ya?”

Ealah, dia lupa. Sayapun harus menjelaskan agak panjang kronologisnya. Dia sendiri lupa meminjam uang saya dengan alasan waktu itu sudah dikasih transport sama kantor. Saya juga bersikeras mengingatkan bahwa uang transport kantor sudah dipakai untuk keperluan prinadinya. Teman itu Cuma cengar-cengir dan mengatakan akan menggantinya. Walau akhirnya diganti, namun wajahnya terkesan tidak merasa meminjam, ini bagian yang tidak enak. Akhirnya sejak itu, Saya mewanti teman yang lain. Ternyata Saya orang kesekian yang  diperlakukan begitu. Wah, jadi hati-hati deh kalau pergi sama dia, kalaupun dia mau pinjam, kayaknya harus tanda tangan atau direkam.

Itu pinjam uang, kalau pinjam barang gimana? Kamera, mobil, sepatu, dsb?  Nenek Saya, almarhum Maryamah binti Umar (Betawi dengan wajah keturunan Cina) selalu berpesan saat saya masih kecil. “Kalau minjam barang orang dipinjam bagus kembaliinnya lebih bagus.” Nenek memang sangat disiplin, beliau selalu wanti-wanti kepada cucunya, kalau gak penting-penting amat, gak usah pinjam. Pakai yang kita punya saja, meminjam itu sama artinya merepotkan orang lain.  Tapi ada kalanya kita memang harus meminjam, misalnya meminjam buku catatan. “Kalau pinjam buku yang tidak disampul, kembaliinnya pakai sampul,” begitu pesan nenek. Walau gak sekolah, nenek sangat memikirkan bagaimana memperlakukan orang lain. Tujuannya, agar orang lain tidak keberatan dengan keberadaan kita dan percaya kalau kita amanah. Berikut adalah beberpa tips lain dalam meminjam:

  1. Saat meminjam sesuatu, utarakan keperluan kita, kalau tidak dikasih ya jangan marah. Pemiliknya mungkin mau memakai dulu
  2. Saat barang sudah di tangan, dijaga dan dirawat barang tersebut.  Bahkan kalau barang yang dipinjam masih bisa diperbaiki, izin pada pemiliknya untuk diperbaiki. Namun biaya perbaikan ya kita yang nanggung, ini adalah pelayanan atau ungkapan rasa terima kasih kepada si pemilik
  3. Kembalikan tepat waktu atau sesuai janji. Jika berhalangan mengembalikan sesuai waktu, sebaiknya izin dulu
  4. Sekecil apapun barang yang kita pinjam, tetap harus dijaga, karena itu bukan milik kita. Jika ada kerusakan sebaiknya katakan dengan jujur, dan carilah solusi bersama
  5. Jika sudah pinjam, jangan lupa dibersihkan. Misalnya, pinjam motor sampai seharian jangan lupa diisi bensinya dan dicuci motornya. Saat pinjam kondisinya harus baik seperti sedia kala.
Nah, mudah-mudahan bermanfaat dan menjadikan kita orang-orang yang amanah.
 
Penulis : Nurhablisyah, Msi.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Etika Meminjam Barang"

Post a Comment