Pengaruh Ngedot pada Anak dan Kemandirian

Ngedot pada Anak dan Kemandirian

Source Picture :  https://apotekfarhan.wordpress.com

Saat Farzan berusia 3 tahun. Ia mengeluh sakit telinga yang diiringi suhu badan yang naik. Aku dan suami buru-buru ke dating ke SpA nya, dr Syarifah Hanum. Saat kami duduk di depan dr. Syarifah, pertanyaan pertama yang diajukan dokter anak yang pernah jadi dosen ini  adalah “Apa anaknya masih ngedot Bu?”

Dengan malu-malu Kami menjawab, “Iya”

Sebenarnya sudah tau, kalo anak di atas usia 2 tahun sudah tidak boleh ngedot dengan berbagai bentuk gelas apapun. Giginya sudah ada semua. Cara makan dan minumnya sudah sempurna. Jadi tidak perlu ngedot. Ngedot justru akan merusak gigi anak. Dan susu yang sifatnya asam, yang diminum menjelang tidur akan menempel pada gigi sehingga membuat gigi keropos (gerepes). Tapi, sebagai orang tua yang kurang berusaha dan alih-alih gak mau capek. Kalau anak minta susu sebelum tidur, Kami buatkan pakai dot. Supaya cepat tidur. Namun, kemalasan Kami malah berbuah negatif pada anak.

Jadi, menurut persepsiku setelah mendengar penjelasan DSA nya Farzan, salah satu penyebab infeksi telinga pada anak adalah karena minum (pakai dot) sambil tiduran. Saat anak tidur sambil ngedot, posisi air yang masuk melalui kerongkongan akan melewati bawah telinga. Dengan demikian ini akan membuat kerja telinga terganggu. Gesekan air di bawah telinga itu yang membuat bagian telinga terluka dan sakit. Akibatnya adalah muncul infeksi (karena adanya kuman yang mengendap itu). Jika ini dibiarkan (panas dan telinga sakit) akan merusak gendang telinga anak dan keluar cairan dari telinga (conge’an). Selain itu, kemandirian dari anak akan terganggu. Anak-anak yang masih ngedot cenderung sulit berpisah dengan orang tuanya, dan kurang bisa melakukan aktifitasnya sendiri. Karena kenyamanan saat mereka ngedot, berhubungan dengan kegiatan otak yang mengeluarkan endorphine (sejenis hormone yang bsa membuat kita merasa nyaman). Makanya, untuk melepaskan dot pada anak akan sulit, perlu drama dan tenaga ekstra bagi orang tua dalam melakukan hal ini.

Tapi dari penjelasan dokter asal Sumatera Utara ini, Kami dapat masukan sangat berarti. “Jadikan kegiatan lepas dot bukan sebagai hukuman, tapi sebuah prestasi yang membanggakan.” Kepada Kami, dr. Hanum berbagi pengalaman bagaimana ia sukses melepas dot pada anak laki-lakinya saat anaknya berusia 2 tahun. Saya minta semua  keluarga saya dating ke rumah, mengucapkan selamat kepada anak Saya, “Selamat ya, sekarang sudah lepas dot, sudah besar ya.” Ujarnya meniru kata-kata adiknya saat berkunjung ke rumah. “ Kalo bisa bawa mainan juga, hehehe,” tambahnya.

Intinya adalah membuat lepas dot menjadi kegiatan yang menyenangkan, berikut tipsnya:

  1. Sebelum lepas dot, bicara dulu pada anak. Katakan sekarang adek atau kakak sudah 2 tahun. Gigi dan mulut sudah bisa makan dan minum dengan sempurna. Maka, tidak perlu lagi pakai dot. Dot itu hanya untuk adik bayi.
  2. Bicarakan hal ini terus menerus, dan bertanya, apakah sudah siap untuk lepas dot
  3. Buang semua dot
  4. Ganti dot dengan gelas
  5. Setelah lepas dot ucapkan selamat, bahwa kini anak sudah bisa minum layaknya orang dewasa

Alhamdulillah, Kami sukses melepas dot pada Farzan tanpa drama dan tangisan pilu. Ia sepenuhnya sadar, bahwa akibat ngedot membuat telinganya sakit. Yang lebih membuat lega, ia pun sudah melakukan aktifitas lainnya sendiri. Pipis sendiri, membereskan mainan sendiri, menaruh gelas/piring ke dapur setelah makan. Intinya, kemandiriannya makin tumbuh.

Aaah, coba d=sejak usia 2 tahun Saya dan suami melakukan hal ini. Semoga bermanfaat ya..:)

Penulis : Nurhablisyah, Msi.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengaruh Ngedot pada Anak dan Kemandirian"

Post a Comment