Narkoba Bernama “Game Online”

Narkoba Bernama “Game Online”


Pada Sabtu, 6 Desember 2014, Elly Risman, ketua yayasan Kita dan Buah Hati memberikan ceramah di Sekolah Alam Cikeas. Ada beberapa pesan yang disampaikan Bu Elly agar para orang tua “melek” permainan digital, pertama adalah masalah pornografi, kedua adalah pola asuh di rumah, selanjutnya adalah game online. Hampir semua anak di saat ini berhubungan dengan gadget. Dan tidak sedikit para orang tua yang menyelipkan permainan di dalam gadget tersebut. Alasan orang tua membiarkan anak mereka main game online maupun offline macam-macam, ada yang sekedar hiburan bagi anak, ada juga karena orang tua sibuk dan bosan menemani anak, atau membiarkan anak senang karena semua temannya juga main.  Menurut Elly Risman, game memiliki efek negatif jika dalam kegiatannya tidak dikendalikan, salah satunya adalah merusak mata, mempengaruhi morfologi tubuh yang akhirnya mengarah pada penyakit, dan epilepsy.

Salah satu, game yang telah memakan banyak korban adalah “Candy Crush.” Saat Saya dan satu rekan, M.Qeis, diskusi di kampus bersama mahasiswa lain. Seorang mahasiswa  nyeletuk. “Ah, Bu candy crush kan game cemen, masa sih bisa membahayakan.” Qeis yang juga seorang dosen dan seorang gamer mengatakan bahwa Candy Crush cukup berbahaya karena di Amerika Serikat saja sudah banyak yang kecanduan dan sulit melepaskan diri, sehingga dibangunlah Rehabilitasi Khusus bagi pecandu Candy Crush.

Lalu bahayanya dimana?

Menurut Qeis, bedanya game online dan game offline (Console) adalah karena game online terpaut pada koneksi dunia maya. “Kalau kita lapar, atau belum sholat kita gak bisa berhenti. Karena kalau berhenti, maka, lawan kita di dunia maya bisa merebut posisi kita. Senjata atau energy yang kita kumpulkan akan hilang, dan ini berakibat pada skor akan menurun.’ Untuk menghalau penurunan skor dan memuaskan ego “juara” kita, maka banyak gamer yang rela begadang tanpa makan dan minum duduk di depan layar komputer untuk bias mempertahankan skor mereka. Seorang mahasiswa, Aditya, menambahkan, “Teman saya bahkan tidak pulang 5 hari Bu, orang tuanya sudah pusing cari kemana-mana. Taunya ada di warnet. Gak mandi-mandi, gak makan, setiap hari Cuma minum kopi sama ngerokok. Kantung matanya sudah hitam dan badannya kurus.”

Mengapa, banyak orang yang begitu tertantang dengan Game?

Sebagai gamer, Qeis sudah main game sejak, SD. Namun, orang tuanya memilihkan game yang sesuai dengan umur dan waktu sehingga tidak menganggu aktivitas akademis maupun sosial. “Aku gak tertarik sama game online kaya begitu, gak aman!” ujar Qeis.  Menurutnya, ada beberapa hal lain yang membuat orang jatuh cinta pada game online sejenis Candy Crush. Candy Crush adalah game yang tidak membutuhkan energi untuk berpikir keras pada awal dimainkan. Game ini bisa dimainkan dengan amat sangat mudah. Siapa saja bisa menguasainya dalam waktu singkat. Merupakan sebuah hal yang natural, manusia ingin menjadi pemenang. Dengan bisa melewati rangkaian level, ego pemain muncul. Di otak mereka, sudah tercipta kepuasan karena berhasil melewati level-level tersbut. Oleh hormon di tubuh kita. Keberhasilan ini menimbulkan kenikmatan sehingga dosisnya harus selalu ditambah, sampai akhirnya kita benar-benar menguasainya. Perasaan nikmat karena berhasil ini mempengaruhi seluruh tubuh kita, bentuknya adalah keinginan untuk terus menerus bermain. Di otak kita hanya gambaran permainan itu. Karena efek audio visual baru akan memudar dari otak kita setelah 2 jam kita menikmatinya. Itulah mengapa, kalau mau tidur nyenyak dilarang untuk nonton film horror, efek menonton film baru hilang setelah 2 jam.

Semakin lama kita bermain, anggota tubuh yang seyogyanya bergerak dan melakukan fungsinya, jadi terhambat. Saat bermain game, praktis hanya tangan kita yang banyak melakukan aktivitas, posisi duduk dan aktivitas mata maupun otak yang bekerja. Akhirnya, anggota tubuh yang lain bekerja tidak seimbang. Pola makan yang tidak tertaur dan begadang juga tentu menimbulkan permasalahan lain pada kesehatan.

Kerugian Finansial

Efek lain yang ditimbulkan adalah kerugian finansial. Candy Crush Rehabilitation, banyak menerima kasus pasien yang tidak bisa lagi mengendalikan adiksinya, sehingga rela menjual harta mereka untuk game ini. Lah? Kok bisa?

Di awal sudah dijelaskan, game online memulai jeratan mereka dengan taktik yang jitu. Menggoda pemain pemula dengan level-level yang mudah, sampai mereka bisa melewatkan beberapa level. Setelah hormon kenikmatan dan kemenangan sudah menguasai tubuh kita, game ini berhenti. Meminta anda membeli senjata atau energy. Mereka merancang paket-paket, misalnya bayar 1 dolar untuk 3 nyawa, 100 energi dan 50 senjata. Atau Bayar 2 Dollar untuk 10 nyawa, 200 energi, dan 100 senjata. Dengan iming-iming ini, para gamer yang sedang asik main, tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Paket-paket itu dianggap masuk akan da menguntungkan. Padahal kalo dipikir-pikir, untung apanya?

Nah, kok bisa sih begini?

Yah, begitulah. Ini adalah proses metabolisme tubuh, dimana ketika rangsangan dalam bentuk apapun yang masuk melalui indera kita dipersepsi di otak, kemudian mempengaruhi kerja hormon. Jadi yang mengalami kerusakan adalah otak kita. Pembuat game itu, benar-benar pintar ya, mereka mempelajari bdulu bagaimana kondisi tubuh manusia lalu menciptakan permainan yang membuat ketagihan. Efek ini mirip dengan efek narkoba dan kecanduan pornografi.

Seorang teman pecandu game online, bahkan rela bekerja mati-matian, dan menyisihkan uangnya untuk biaya main game. Untuk anak dan istri? Yah, seadanya saja, sisa!. Dia sudah tidak bekerja di kantor, tidak bertemu dengan teman-teman lain, kerja serabutan. Ngurus anak di rumah? Boro-boro! Kerja seharian di depan laptop dan menumpuk skor. Yang lebih mengejutkan, beberapa waktu lalu di TVone, seorang pelaku begal motor di Depok mengatakan bahwa alas an begal motor adalah untuk main Candy Crush. Waduh, benar-benar bagian otak pre frontal cortex nya sudah rusak! Sudah tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk.

Jadi, para orang tua, mari peluk anak-anak kita. Temani mereka, jangan beri kesempatan pada gadget dan permainan maya ini mengambil alih pengasuhan titipan Allah SWT. Saya pamit main dulu sama Farzan ya.

Semoga bermanfaat!

Thanks a lot Buat Qeis, kapan kita roadshow dan memberi pemahaman “melek” game buat ortu Indonesia? Kali aja ada sponsor yang mau ikutan…hehehe
 
Penulis : Nurhablisyah, Msi.

Tag : Game, Games, Games Online, Narkoba, Elly Risman, Sekolah Alam Cikeas, Candy Crucsh

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Narkoba Bernama “Game Online”"

Post a Comment