Beginilah Kalau Hidup Bertetangga.....

Memuliakan Tetangga

Sumber Gambar : boomee.co

Pernah ketemu tetangga nyebelin? Urusan tetangga, bisa jadi susah-susah mudah atau sebaliknya. Tetangga bagaikan jodoh juga, dicari gak ketemu, pas gak dicari ketemu. Tetangga bisa dianggap keberuntungan kalau dapat yang cocok.

Pembicaraan tentang tetangga, tidak ada habisnya. Suatu ketika sahabatku pernah curhat. Tetangga di sebelah kirinya, kalau nyapu, sampahnya di buang ke kanan (yaitu rumah temanku). Teman yang lain curhat, tetangga yang tidak terima sampah daun mangga masuk ke rumahnya. Sekonyong-konyong masuk pagar rumah temanku dan langsung memangkas ranting yang melewati batas rumahnya, tanpa izin terlebih dahulu. Di blok sebelah, komplek rumahku, beberapa tetangga ribut karena mobil yang diparkir di jalan menghalangi mobil lain yang mau masuk/ keluar pagar.

Saat masih belum menikah, aku piker urusan tetangga tidaklah serumit ini. Saat itu, yang paling penting adalah karir (menambah saldo tabungan), mencari jodoh yang sosok sehingga melahirkan keturunan yang membanggakan, bisa membahagiakan orang tua dan mandiri. Namun setelah bekeluarga dan berpisah dari orang tua. Barulah, aku merasa betapa pentingnya memiliki tetangga yang “sehati.”

Suatu ketika lagi, tembok kamar tidur kami bocor. Ada rembesar air yang menyebabkan tembok menjadi lembab dan catnya terkelupas. Tentu, udara yang lembab tidak baik bagi kesehatan. Aku minta agar suami mencari tukang bangunan untuk memperbaiki tembok. Suamiku kekeh, tidak ada yang salah dengan tembok kita, ia bersikeras bahwa yang bermasalah adalah saluran air tetangga yang ditanam di dalam tembok. Kami tidak mengubur pipa air di dalam tembok yang memungkinkan terjadinya kebocoran ini. Hampir saya dan tetangga yang amat saya hargai itu ribut. Apalagi, ada asisten rumah tangga yang menjadi “kompor” bicara sana-sini. Syukurlah, suami dan istri dan tetanggaku berinisiatif membobok tembok rumahnya. Apa yang terjadi? Pipa air di dalamnya patah, menyebabkan air luber kemana-mana. Rembesan air di tembok kamarnya parah sekali, hampir tiap hari banjir. Setelah diperbaiki, tembok rumahku juga sudah tidak rembes lagi.

Mengapa harus bersabar?
Karena Allah SWT menjanjikan surga.
Eh, tapi emangnya gampang bersabar? Ngomong aja sih kecil!
Kalo tetangganya gak ngerti juga gimana?
Nah ini dia, ada juga sih, tetangga yang “sangat tidak peka,” sebab itulah, ayah-bunda jangan bosan untuk memberikan pemahaman kepada anak kita, bagaimana adab bertetangga.

Dalil
An nisa:36

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun[1]. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua[2], karib-kerabat[3], anak-anak yatim[4], orang-orang miskin[5], tetangga dekat dan tetangga jauh[6], teman sejawat[7], ibnu sabil[8] dan apa yang kamu miliki[9]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri[10]

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tetangganya.” (HR. al-Bukhari no. 6019, dari sahabat Abu Syuraih radhiyallahu ‘anhu)

Dari Buku berjudul “Wanita Idaman Surga” ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hidup bersama keluarga. (Al-Mahfani, 2015:226-227)
 
  1. Berikan bantuan kepada tetangga sesuai  kemampuan, jika mereka membutuhkan. Misalnya, pinjam pacul, pinjam tangga, pinjam bumbu dapur, dll
  2. Bantulah tetangga yang mengalami kesakitan. Misalnya, mengantarkannya ke rumah sakit, memberikan obat dan membesuknya
  3. Tidak menceritakan aib tetangga kepada tetangga lain
  4. Menepati janji, misalnya ada pengajian RT kebetulan kedapatan (ketempatan) sebelumnya sudah menyanggupi, namun di hari malah membatalkan tanpa konfirmasi
  5. Mengundang tetangga jika ada hajat pernikahan, khitan, syukuran, dll
  6. Tidak memamerkan suatu benda, sehingga membuat tetangga iri
  7. Menawari tetangga dulu jika hendak menjual barang
  8. Menjaga barang milik tetangga, jika tetangga sedang berpergian. Atau menjaga barang yang kita pinjam
  9. Tidak memfitnah tetangga, dengan menceritakan hal yang bukan faktanya kepada orang lain
  10. Mengutamakan musyawarah bila ada masalah
  11. Tidak membesar-besarkan masalah tentang anak, jika anak kita ribut dengan anak tetangga. Sebaiknya pihak yang bertikai saling memohon maaf, anak-anak juga diajak untuk meminta maaf dan berdamai

Tambahan dari saya
  1. Jika Anda adalah warga baru, jangan sungkan untuk silaturahim pada tetangga. Silakan kunjungi tetangga kanan-kiri, depan dan ketua RT. Perkenalkan diri dan keluarga. Jangan lupa banyak bertanya mengenai kebiasaan yang ada di lingkungan tersebut.
  2. Semua orang yang ada di suatu lingkungan harus sadar, bahwa keberadaan tetangga adalah penting. Adanya ketua RT dan RW merupakan amanah, siapa saja memiliki andil untuk berkontribusi. Jadi, kalau ingin lingkungan tentram, maka berkontribusilah dalam menjalankan aturan. Aturan di RT ku, jika berhalangan hadir saat kerja bakti kena denda Rp 50.000,- per Kepala keluarga, hari ini aku gak hadir, jadi ya harus bayar. Jalanan umum yang bukan bagian dari rumahnya, artinya milik umum. Maka gunakandemi kepentingan umum. Parkir mobil di jalan, sebaiknya tidak menghalangi mobil orang lain yang mau lewat. Ada baiknya, basa-basi pada tetangga di kanan dan kiri, ketua RT, dsb
  3. Walau tetangga bisa dianggap keluarga, tetangga tetap saja orang lain, yang tidak ada hubungan darah dan pernikahan dengan kita. Jadi, jagalah sikap kita, terutama aturan bicara dengan bukan mahram. Ketuklah pintu berikan salam 3 kali. Jika sudah diketuk dan diberi salam 3 kali tidak menjawab, jangan memaksa masuk. Di dalam Islam, jika kita sudah memberi salam 3 kali tetangga tidak membukakan pintu juga, sebagai tamu kita dianjurkan meninggalkan rumah itu. Ada kemungkinan yang punya rumah sedang tidur atau sedang tidak menerima tamu. Jika ada hal penting bisa disampaikan via sms/wa atau catatan kecil yang diselipkan di pintu.
  4. Membalas kebaikan tetangga. Kalau punya tetangga yang baik dan peduli, sebaiknya dibalas. Kalau ada tetangga yang rajin memberikan kue, ada baiknya kita bisa membalasnya sesuai kemampuan
  5. Hindari sindir menyindir. Kalau hubungannya sudah dekat dan paham karakter masing-masing sih tidak jadi soal. Tapi jika baru kenal, atau baru 2-3 kali bertemu sudah menyindir, ini juga tidak sopan dan akan menyakitkan hati. Jadi ingat cerita teman saya yang bekerja dari Senin-Sabtu di kantornya, akibatnya ia jarang ikut arisan RT. Bu RT menghampirinya saat main di taman dengan anaknya, “Duh, getol banget cari uangnya sampe Sabtu masuk juga.”Wah, teman saya kesal bukan kepalang. Kalau bisa merubah aturan kantor, pengen juga sih liburan di Hari Sabtu, tapi mau gimana? Ini kan sudah konsekwensi yang harus dijalani.
  6. Jika  berpapasan dengan tetangga, berikan senyuman atau menegurnya dengan nada yang ramah. Eh, tapi pernah loh..ada tetangga yang baru mau disenyumin udah buang muka. Ya gak apa-apa. Yang penting niat kita kan mau silaturahim.
  7. Ketika ada teguran dari RT dan tetangga lain, tanggapi dengan bijak. Tidak langsung ngambek atau niat pindah. Siapa tau memang kesalahan ada di kita, banyak-banyak istighfar aah..

Mudah-mudahan setelah anak-anak kita paham batasan milik pribadi dan milik umum, mereka paham juga bagaimana memperlakukan tetangga dan orang lain. Semoga bermanfaat.

Penulis : Nurhablisyah, Msi.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Beginilah Kalau Hidup Bertetangga....."

Post a Comment