Bahan Bakar Alternatif Dunia Bernama Ubi - Ubi Bisa Menggantikan Bensin ?

Sebagai salah satu sumber karbohidrat manusia, ubi jalar juga bermanfaat sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin dan sumber energi alternatif terbarukan. Adalah Prof. Dr. Takahiro Suzuki yang mencetuskan ide ini. Dalam pandangan Suzuki, Ubi tidak hanya dapat memberikan tenaga bagi masyarakat Jepang sebagai makanan pokok, namun juga bisa menggerakkan perekonomian dan industri Jepang. 

Suzuki adalah anak kedua dari dua bersaudara. Sebagai anak miskin yang terlahir dari keluarga petani, ubi adalah makanan yang selalu dinikmatinya setiap hari. Karena selalu makan ubi, teman-teman Suzuki di saat kecil selalu menggodanya. Ubi memang bukan makanan prestisius. Untuk keluarga Suzuki, bisa menikmati sepotong ubi saat itu, adalah sebuah keberuntungan. Pria yang lahir di Mikawa, Perfektur Aichi pada tahun 1959, menerima beasiswa untuk melanjutkan studi masternya di Universitas Nagoya jurusan pertanian. Setelah itu, Suzuki bekerja pada lembaga riset MIT (Massachusetts Institute of Technology), ia juga menjadi peneliti senior pada Kementerian dan Perdagangan di tahun 1989. Setelah bekerja sebagai peneliti, Suzuki tertarik mencoba karirnya di industri swasta. Maka pria berkacamata minus inipun akhirnya bekerja sebagai peneliti di sebuah perusahaan kosmetik. Namun, kecintaannya terhadap dunia pendidikan dan janjinya pada mendiang kakaknya, membuat Suzuki kembali ke kampus dan meneruskan cita-cita di masa kecilnya.

Prof.Dr.Takahiro Suzuki ( sumber: http://www.yokosojapan.net/article.php/potatorevo_feature_en)

Kakak laki-laki Takahiro Suzuki meninggal karena sakit. Dari pesan kakaknyalah semangat Suzuki untuk memanfaatkan ubi kembali menggelora. “Penelitian itu akan bermanfaat jika digunakan oleh masyarakat, jadi jangan cuma meneliti.” Kira-kira begitulah pesan mendiang kakak Suzuki. Maka mulailah Suzuki menulis proposa penelitiannya dan mengirimkan ke berbagai Universitas di Jepang. Sayangnya, dari 32 Universitas yang dikirimkan proposal penelitian, tidak ada satupun yang meliriknya. Mereka tidak percaya, ubi bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar bioethanol. Barulah ketika Suzuki mengirimkan proposal pada universitas ke-33, Universitas Kinki, Suzuki dipanggil untuk mendiskusikan rencana penelitiannya.

Setelah mendengarkan penjelasan dari Suzuki, Pihak Universitas Kinki merasa, mereka bisa mengkolaborasikan sumber daya masyarakat setempat yang bergerak di bidang pertanian dan kebutuhan nuklir. Universitas Kinki juga sedang menangani proyek pemulihan  kawasan nuklir sebagai pembangkit energi di Wilayah Kawatama Jepang. Bersama tim dari Universitas Kinki, pada tahun 2010 Suzuki dibantu untuk membudidayakan ubi jalar, pembuatan mesin pengolahan ubi sebagai energi dan sarana penunjang penelitian lain.

Pemikiran Suzuki sangat sederhana, ubi adalah jenis tanaman penghasil karbohdirat yang tidak sulit dibudidayakan. Pada lahan sempit dan hanya membutuhkan paparan sinar matahari 3-5%, Ubi bisa tumbuh subur. Setelah meneliti berbagai hasil riset, Ubi adalah tanaman pertanian yang paling cocok dijadikan bahan biofuel.  Jenis tanaman ini juga tidak terlalu sensitif terhadap suhu  dan air. Secara teori, dengan menggunakan metode kultivasi pertanian, ubi bisa dipanen puluhan kali dibanding metode pertanian konvensional per tahun. Untuk mengganti energi fosil, Jepang hanya membutuhkan 1 juta hektar lahan untuk ditanami ubi. Jika program ini dilaksanakan, Jepang tidak hanya membangun energi alternatif yang aman dan sehat, tetapi juga memberikan kesempatan kepada petani ubi untuk hidup lebih baik.

Bagaimana caranya Ubi bisa menggerakkan benda-benda elektornik?

Untuk menjawab pertanyaan ini, dibutuhkan beberapa bahan, pertama adalah ubi jalar. Ubi jalar yang sudah dipanen, kemudian dipotong-potong, dikeringkan. Setelah dikeringkan ubi jalar dimasukkan ke dalam mesin (seperti mesin uap). Mesin ini menyimpan energi dari hasil pembakaran ubi jalar. Setelah energi disimpan, maka energi bisa disalurkan untuk menggerakkan motor, batere dan sebagainya.


Kebun Ubi Suzuki (http://www.yokosojapan.net/article.php/potatorevo_feature_en)

Untuk mendukung penelitiannya, Suzuki mengajak beberapa mahasiswanya untuk memanfaatkan lahan dan menanam ubi. Metode yang dikembangkan Suzuki diberi nama “Rangka 3 kaki”. Cara membuat rangka ini sangat sederhana, rangka terbuat dari besi berbentuk segitiga seperti atap rumah.  Kemudian pada ujung rangka disambungkan dengan besi. Besi-besi inilah yang digunakan untuk menopang plastik berisi tanaman ubi. Ya! Mereka menggunakan kantong plastik kresek sebagai pengganti pot. Lahan yang digunakan adalah atap kosong di bagian universitas. 

Sumber: http://www.yokosojapan.net/article.php/potatorevo_feature_en, waku-waku Japan

By : Nurhablisyah Msi.



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bahan Bakar Alternatif Dunia Bernama Ubi - Ubi Bisa Menggantikan Bensin ?"

Post a Comment